MATERI DAN
METODE
Bahan
Sampel yang
digunakan adalah kulit batang dari tumbuhan kecapi. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut pada proses
ekstraksi dan pemurnian adalah heksana, etil asetat, dan metanol, pelarut yang digunakan
berkualitas teknis dan p.a. Adsorben yang dipakai pada proses kolom kromatografi adalah silika gel 60
Art,77733 keluaran Merck. Pereaksi Meyer dipakai untuk identifikasi alkaloid, pereaksi
Liebermann-Burchad untuk identifikasi terpenoid
dan steroid, sianoda test untuk identifikasi flavonoid dan FeCl3 untuk
identifikasi fenolik. Disamping itu juga
dipakai kertas saring whatman, alumunium foil dan tisu.
Peralatan
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : alat-alat gelas yang umum dipakai pada penelitian kimia
organik bahan alam, seperangkat alat desrilasi pelarut, rotary evaporator Heidolp WB 2000,
oven, pipa kapiler, plat KLT ( silika gel 60 F 254), kolom kromatografi, oven, lampu
ultraviolet untuk pengungkap noda model UV GL – 58 UV 254 nm, fisher jhon melting point
apparatus. Spektroskopi ultra violet UV-Vis Secomam S 1000 PC, spektroskopi infra merah FTIR
Perkin Elmer 1600 series, spektroskopi JEOL 600 MHz JNM-ECA (13C-NMR, 1H- NMR , DEPT dan NMR-2
D).
Cara Kerja
Kulit batang Tumbuhan
kecapi diambil di Hutan Penelitian dan Pendidikan Biologi Universitas Andalas. Identifikasi tumbuhan
dilakukan di Herbarium Universitas Andalas Padang (ANDA). Kulit batang tumbuhan kecapi
(10 kg) terlebih dahulu dikering anginkan dan dijaga agar tidak terkena sinar matahari
secara langsung sampai beratnya konstan, setelah kering dihaluskan hingga diperoleh serbuk
kering kulit batang tumbuhan kecapi (2,9 kg) dan siap untuk di ekstraksi.
isolasi, tetap
menghasilkan noda tunggal. Selanjutnya juga dilakukan analisis titik leleh, dan
diperoleh suhu titik leleh 224-226 oC, maka senyawa ini dapat dikatan murni
dengan berat 32 mg.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Isolasi serbuk
kering kulit batang tumbuhan kecapi (2,5 kg) menggunakan metoda maserasi dengan pelarut heksan pada suhu
kamar selama 4 x 72 jam, kemudian ekstrak
heksan yang diperoleh dilakukan evaporasi memakai penguap vakum (rotary
evaporator) diperoleh ekstrak kering
heksan sebanyak 38 g. Selanjutnya ampas direndam kembali dengan pelarut etil asetat pada suhu kamar
selama 4 x 72 jam, kemudian ekstrak etil asetat
yang diperoleh dilakukan evaporasi dan diperoleh ekstrak kering etil
asetat sebanyak 102 g.
Hasil pemurnian 15 g ekstrak etil asetat
dengan metoda kromatografi kolom gravitasi
dan pengelusian dilakukan secara bergradien menggunakan pelarut heksan,
etil asetat dan metanol diperoleh 485
vial/10 mL. Selanjutnya setelah vial dikeringkan, pada dinding vial nomor 57 terbentuk kristal berwarna putih
kekuningan. Kemudian vial nomor 57 dianalisis
dengan KLT dan terdapat noda tunggal. Kemudian dilanjutkan dengan
pencucian dengan heksan diperoleh
kristal murni berwarna putih berbentuk jarum sebanyak 32 mg.
Sebelum
dilakukan elusidasi struktur senyawa hasil isolasi dengan spektroskopi
terlebih dahulu dilakukan identifikasi
dengan menggunakan pereaksi Liebermann-burchard, hasil identifikasi terbentuk
bercak warna merah, hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa golongan triterpenoid.
Pengukuran titik leleh senyawa hasil isolasi
adalah 224 -226 oC , dengan range titik leleh 2 oC mengindikasikan bahwa
senyawa hasil isolasi relatif murni.
Senyawa golongan
triterpenoid jarang yang dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis disebabkan karena
strukturnya yang tidak menyerap sinar UV-Vis(Kristanti dkk, 2008). Gambar
spektrum ultra violet senyawa hasil isolasi menunjukkan, λmax (log ε, nm ): 203
nm. Dari data tersebut menunjukan bahwa senyawa hasil isolasi adalah golongan
triterpenoid.
Spektrum IR memperlihatkan
pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang, υ max : 3453 cm-1 ,
mengindikasikan adanya gugus hidroksil, pita serapan pada bilangan gelombang, υ max
: 2930 cm-1, merupakan serapan dari C-H alifatik, pita serapan pada bilangan
gelombang, υ max : 1691 cm-1, merupakan serapan dari C=O dari asam karboksilat yang diperkuat dengan adanya pita serapan pada
bilangan gelombang, υ max : 1114 cm-1, pita serapan pada bilangan gelombang, υ max : 1454
cm-1 CH2 dan pita serapan pada bilangan gelombang, υ max : 1384 cm-1 merupakan
serapan dari C-H tekuk dari geminal dimetil yang merupakan ciri khas senyawa triterpenoid yang
mendukung data spektroskopi ultra violet.
Berdasarkan
analisa data diatas dapat diusulkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa dari golongan triterpenoid
yang memiliki substituen keton dan asam karboksilat.
Pengukuran data
spektrum 13C-NMR dijumpai 30 signal. Selanjutnya diketahui adanya substituen keton dan asam karboksilat
dengan munculnya signal karbon pada pergeseran
kimia 217, 92 ppm dan 181,53 ppm serta ditemukan juga satu ikatan rangkap yaitu muncul signal karbon pada pergeseran
kimia 125,98 ppm dan 137,67 ppm, maka berdasarkan pengujian dengan
liebermann-burchard, spektroskopi ultra violet, spektroskopi infra merah dan
spektroskopi resonansi magnetik inti karbon (13C NMR), senyawa hasil isolasi
merupakan senyawa golongan triterpenoid yang memiliki 30 atom karbon, 3 atom
oksigen dari gugus fungsi keton dan asam karboksilat serta memiliki sebuah
ikatan rangkap.
Dari data tersebut
diatas, maka senyawa hasil isolasi yang dapat diusulkan sementara adalah senyawa triterpenoid turunan
pentasiklik dengan kerangka oleanan dan turunan tiucallan.
Untuk mengetahui
jumlah atam karbon primer, sekunder, tersier dan kuarterner dari senyawa hasil isolasi maka dilakukan
spektroskopi NMR karbon DEPT. Spektrum NMR
karbon DEPT dari senyawa hasil isolasi dilakukan pada frekwensi 45, 90
dan 135 MHz. Dari spektrum DEPT pada
frekwensi 135 MHz sepuluh signal muncul menghadap ke bawah, signal ini merupakan signal dari CH2 dengan
demikian senyawa ini memiliki sepuluh gugus
CH2. Kemudian dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz juga muncul
sebelas signal menghadap ke atas, signal
ini merupakan signal dari CH3 dan CH. Selanjutnya percobaan DEPT pada frekwensi 90 MHz di temukan empat
signal. Dengan demikian senyawa hasil
isolasi memiliki tujuh gugus CH3 dan empat gugus CH. Karena ada sembilan
signal karbon yang tidak muncul pada
DEPT 135 dan DEPT 45 MHz maka senyawa hasil isolasi memiliki sembilan karbon kuarterner.
Berdasarkan data tersebut senyawa hasil
isolasi terdiri dari 30 karbon yang
terdistribusi pada 7 gugus metil (CH3), 10 karbon metilen (CH2), 4
karbon metin (CH) dimana salah satunya
dari ikatan rangkap alken (HC=) yang muncul pada peregeseran δc 125,98 ppm dan
9 karbon kuarterner (C) dan salah satunya karbon kuarterner dari ikatan rangkap alken yang muncul pada pergeseran δc
137,67 ppm. Selanjutnya senyawa hasil
isolasi juga memiliki gugus karbonil dari keton yang ditunjukkan dengan
adanya signal pada pergeseran kimia δc 217.92 ppm. Signal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan senyawa hasil isolasi mempunyai gugus keton pada posisi C-3.
Selanjutnya senyawa hasil isolasi juga memiliki gugus karboksilat pada posisi
tertentu, hal ini ditunjukkan adanya signal pada pergeseran kimia δc 181.53
ppm.
Berdasarkan dari
data spektroskopi UV, IR, 13C NMR dan DEPT maka senyawa hasil isolasi yang
lebih tepat untuk diusulkan sementara adalah senyawa triterpenoid
pentasiklik turunan oleanan dengan
subtituen keton yang diperkirakan terletak pada atom C-3, subtituen asam
karboksilat yang terletak pada atom C-29 dan ikatan rangkap dua pada atom
karbon 12 (C-12) dan 13 (C-13). Senyawa ini dikenal dengan nama asam
okso-3-oleanen-12-oat-29.
Untuk mengetahui
jumlah proton dan jenis proton dari senyawa hasil isolasi dilakukan spektroskopi proton 1H-NMR dengan
menggunakan pelarut CDCl3 pada frekwensi 600 MHz. Dari Spektrum 1H-NMR senyawa
triterpenoid hasil isolasi diketahui bahwa
terdapat empat puluh enam signal. Masing-masing signal terdistribusi
pada kelompok proton CH3 dan CH2
sejumlah empat puluh satu signal dan kelompok proton CH tiga signal.
Kelompok
proton COOH satu signal dan kelompok proton alkena HC=C< ada satu signal.
Selanjutnya agar signal yang dianalisa lebih jelas maka dilakukan ekspansi
terhadap daerah pergeseran kimia 0,8389
– 2,5145 ppm. Dari spektrum ekspansi 1H-NMR pada daerah pergeseran kimia 0,8389 – 2,5145 ppm,
diketahui bahwa senyawa ini memiliki sekelompok proton pada daerah δ :
0,80-1,54 ppm yang merupakan daerah pergeseran kimia dari proton CH2 dan CH3
atau kelompok proton sheilding (terlindung) yakni proton dari hidrokarbon jenuh
(Santoni, 2009). Tujuh signal proton metil singlet (s, 3H), yang muncul pada δH
0,80; 0,84; 0,87; 1,03; 1,00; 1,05; 1,06 ppm, masing-masing untuk H-27, H-26,
H-25, H-23, H-24, H-28 dan H-30, signal tersebut mendukung data NMR karbon DEPT
yang menyatakan bahwa senyawa hasil isolasi memilki 7 karbon metil (CH3).
Selanjutnya satu signal proton HC=C< muncul pada pergeseran kimia 5,71 ppm
(t, 1H), sesuai untuk signal proton H-12, signal ini juga mendukung data karbon
NMR DEPT yang menyatakan bahwa senyawa hasil
isolasi memiliki karbon CH dari alkena yang diperkirakan pada karbon 12
(C-12).
Selanjutnya
senyawa ini juga memiliki sekelompok proton pada daerah δ : 1,73-2,51 ppm yang
merupakan daerah pergeseran kimia dari proton CH (Pavia et al., (2009). Dengan demikian senyawa triterpenoid hasil
isolasi memiliki satu ikatan rangkap dua . Berdasarkan analisa 13C-NMR, DEPT
dan 1H-NMR diketahui bahwa senyawatriterpenoid hasil isolasi memiliki 30 atom
karbon yang terdistribusi pada 7CH3, 10CH2, 4CH dan 9C kwarterner serta 46 atom
hidrogen yang terdiri dari 21 proton metil, 20 proton metilen, 4 proton metin
dan 1 proton hidroksi dari asam karboksilat, maka berdasarkan data tersebut
senyawa triterpenoid hasil isolasi memiliki rumus molekul C30H46O3 yang merupakan
senyawa triterpenoid golongan oleanan dan dikenal dengan nama asam okso-3-
oleanen-12-oat-29.
Spektrum HMBC senyawa hasil isolasi dapadilihat
pada Gambar 18. Spektrum NMR-HMBC memberikan konfirmasi letak proton terhadap
karbon dengan mempelajari korelasi yang
terjadi (dua atau tiga ikatan) antara proton dengan karbon sehingga dapat diketahui pola substitusi dari senyawa asam
okso-3-oleanen-12-oat-29. Dari spektrum HMBC
diatas diketahui bahwa terjadi korelasi antara proton pada C-1, C-2, dan C-24
dengan C-3, korelasi proton pada C-19 dengan C-29 serta korelasi proton pada
C-18 dengan C-12 dan C-13. Dengan demikian diketahui bahwa substituen keton
benar terletak pada C-3 dan asam karboksilat pada C-29 serta ikatan rangkap dua
pada C-12 dan C-13. Analisa spektrum HMBC tersebut mendukung data-data
spektroskopi sebelumnya dan juga mendukung usulan bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa
asam okso-3-oleanen-12-oat-29.
Berdasarkan
analisa spektroskopi UV,IR, 13C-NMR, 1H-NMR, DEPT, dan HMBC, serta pengujian
dengan pereaksi Liebermann-Burchad maka senyawa hasil isolasi dari ekstrak etil asetat kulit batang tumbuhan kecapi
diusulkan sebagai senyawa dari golongan triterpenoid
pentasiklik turunan oleanan dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29. Selanjutnya
berdasarkan penelusuran pustaka, senyawa yang diusulkan untuk senyawa hasil
isolasi sudah pernah ditemukan sebelumnya dari tumbuhan yang sama di Malaysia,
yaitu senyawa okso-3-oleanen-12-oat-29 yang memiliki aktivitas anti kanker (Kaneda
et al., 1992), anti karsinogenik (Ismail et al.,2003) dan anti inflamasi
(Rasadah et al., 2004). Akan tetapi untuk mengetahui lebih jelas stereokimia
dari senyawa asam okso-3-oleanen-12-oat-29 dan untuk membuktikan bahwa senyawa
hasil isolasi persis sama dengan literatur, maka perlu dilakukan elusidasi
struktur lebih lanjut dengan spektroskopi lainnya dan kemudian dibandingkan
dengan literatur.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisa spektroskopi UV, IR, 13C-NMR, 1H-NMR, DEPT, dan HMBC, serta pengujian
dengan pereaksi Liebermann-Burchad maka senyawa hasil isolasi dari ekstrak etil
asetat kulit batang tumbuhan kecapi diusulkan sebagai senyawa dari golongan triterpenoid
pentasiklik turunan oleanan dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29.
SUMBER :
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:q6K2z0UJeq4J:pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ARTIKEL-ERMA-SURYANI-M.Si_.pdf+isolasi+senyawa+turunan+terpenoid&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgg8HxOO531urJ_3EgG-sGPFDg0qJ84xWwf6SvLdhYw75xv_MogKzTeC4Gq0mGCnVRkQUY03C9DJCKU_48Hprgu1_dcb0dYWhkfxddpJk5NOBq5dEmzbqP-TyTfgLkcvN_9Wqqs&sig=AHIEtbTQeOuxqotfqpsUIgDM-hXs0XsUuQ
PERMASALAHAN :
1. Sebelum dilakukan elusidasi struktur senyawa hasil isolasi dengan spektroskopi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dengan menggunakan pereaksi Liebermann-burchard, hasil identifikasi terbentuk bercak warna merah, hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa golongan triterpenoid, bagaimana kita bisa membuktikan hanya dengan pereaksi Liebermann- buchard bahwa hasil isolasi merupakan senyawa golongan triterpenoid?
2. untuk mengetahui jumlah atam karbon primer, sekunder, tersier dan kuarterner dari senyawa hasil isolasi maka dilakukan spektroskopi NMR karbon DEPT, sehingga kita dapat membuktikan bahwa senyawa itu adalah turunan terpenoid, yang ingin saya tanyakan bagaimana cara mengetahui jumlah atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener dengan cara spektroskopi NMR karbon DEPT?
Untuk mengetahui jumlah ataom karbon primer, sekunder, tersier dan kuarterner dari senyawa hasil isolasi maka dilakukan spektroskopi NMR karbon DEPT. Spektrum NMR karbon DEPT dari senyawa hasil isolasi dilakukan pada frekwensi 45, 90 dan 135 MHz. Dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz sepuluh signal muncul menghadap ke bawah, signal ini merupakan signal dari CH2dengan demikian senyawa ini memiliki sepuluh gugusCH2. Kemudian dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz juga muncul sebelas signal menghadap ke atas, signal ini merupakan signal dariCH3dan CH. Selanjutnya percobaan
BalasHapusDEPT pada frekwensi 90 MHz di temukan empat signal. Dengan demikian senyawa hasil isolasi memiliki tujuh gugus CH3dan empat gugus CH. Karena ada sembilan signal karbon yang tidak muncul pada DEPT 135 dan DEPT 45 MHz maka senyawa hasil isolasi
memiliki sembilan karbon kuarterner. Berdasarkan data tersebut senyawa hasil isolasi
terdiri dari 30 karbon yang terdistribusi pada 7 gugus metil (CH3), 10 karbon metilen (CH2), 4 karbon metin (CH) dimana salah satunya dari ikatan rangkap alken (HC=) yang muncul pada peregeseran δc 125,98 ppm dan 9 karbon kuarterner (C) dan salah satunya karbon kuarterner dari ikatan rangkap alken yang muncul pada pergeseran δc 137,67 ppm. Selanjutnya senyawa hasil isolasi juga memiliki gugus karbonil dari keton yang ditunjukkan dengan adanya signal pada pergeseran kimia δc217.92 ppm. Signal ini menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa hasil
isolasi mempunyai gugus keton pada posisi C-3. Selanjutnya senyawa hasil isolasi juga memiliki gugus karboksilat pada posisi tertentu, hal ini ditunjukkan adanya signal pada pergeseran kimia δc 181.53 ppm.
saya akan menjawab kedua pertanyaan dari saudari febe
BalasHapuspertanyaan pertama bagaimana membuktikan hanya dengan pereaksi Liebermann- buchard bahwa hasil isolasi merupakan senyawa golongan triterpenoid? jawaban saya adlah pada penambahan pereaksi Liebermann- buchard, triterpenoid indikasi positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat. pada hasil isolasi dalam artikel anda dijelaskan terdapat bercak merah. jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam sampel terdapat senyawa terpenoid.
pertanyaan yang kedua bagaimana cara mengetahui jumlah atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuartener dengan cara spektroskopi NMR karbon DEPT?
jawaban dari pertanyaan anda sebenarnya ada didalam artikel anda seperti yang dijelaskan saudari khatarina.
Untuk mengetahui jumlah atam karbon primer, sekunder, tersier dan kuarterner dari senyawa hasil isolasi maka dilakukan spektroskopi NMR karbon DEPT. Spektrum NMR karbon DEPT dari senyawa hasil isolasi dilakukan pada frekwensi 45, 90 dan 135 MHz. Dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz sepuluh signal muncul menghadap ke bawah, signal ini merupakan signal dari CH2 dengan demikian senyawa ini memiliki sepuluh gugus CH2. Kemudian dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz juga muncul sebelas signal menghadap ke atas, signal ini merupakan signal dari CH3 dan CH. Selanjutnya percobaan DEPT pada frekwensi 90 MHz di temukan empat signal. Dengan demikian senyawa hasil isolasi memiliki tujuh gugus CH3 dan empat gugus CH. Karena ada sembilan signal karbon yang tidak muncul pada DEPT 135 dan DEPT 45 MHz maka senyawa hasil isolasi memiliki sembilan karbon kuarterner.
Berdasarkan data tersebut senyawa hasil isolasi terdiri dari 30 karbon yang terdistribusi pada 7 gugus metil (CH3), 10 karbon metilen (CH2), 4 karbon metin (CH) dimana salah satunya dari ikatan rangkap alken (HC=) yang muncul pada peregeseran δc 125,98 ppm dan 9 karbon kuarterner (C) dan salah satunya karbon kuarterner dari ikatan rangkap alken yang muncul pada pergeseran δc 137,67 ppm. Selanjutnya senyawa hasil isolasi juga memiliki gugus karbonil dari keton yang ditunjukkan dengan adanya signal pada pergeseran kimia δc 217.92 ppm. Signal ini menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa hasil isolasi mempunyai gugus keton pada posisi C-3. Selanjutnya senyawa hasil isolasi juga memiliki gugus karboksilat pada posisi tertentu, hal ini ditunjukkan adanya signal pada pergeseran kimia δc 181.53 ppm.
Berdasarkan dari data spektroskopi UV, IR, 13C NMR dan DEPT maka senyawa hasil isolasi yang lebih tepat untuk diusulkan sementara adalah senyawa triterpenoid pentasiklik turunan oleanan dengan subtituen keton yang diperkirakan terletak pada atom C-3, subtituen asam karboksilat yang terletak pada atom C-29 dan ikatan rangkap dua pada atom karbon 12 (C-12) dan 13 (C-13). Senyawa ini dikenal dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29.